Bangli (MGTHBangli) | Gotong royong sudah bukan lagi menjadi hal yang asing bagi masyarakat Indonesia, didefinisikan sebagai kegiatan atau pemahaman bekerja secara bersama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Gotong royong terbukti telah memberikan banyak manfaat dan dampak sosial positif sejak dulu, dan dipandang sebagai salah satu nilai kehidupan yang selalu dilestarikan hingga saat ini.
Jika ditelusuri istilah gotong royong sendiri ternyata diturunkan dari budaya masyarakat pada umumnya yang saling menolong ketika melakukan berbagai hal, namun entah kebetulan atau tidak setiap daerah di Indonesia nyatanya juga memiliki tradisi dengan penyebutan nama berbeda atau istilah masing-masing, salah satunya di Bali yang lebih dikenal dengan sebutan Ngayah.


Mengenal tradisi ngayah dikenal sebagai sebuah kearifan lokal yang ada, tumbuh, dan berkembang di Bali, Ngayah di pulau ini dipandang sebagai istilah yang dialamatkan bagi seseorang ataupun kelompok yang bekerja dengan tulus dan ikhlas tanpa mendapatkan imbalan secara material.
Jika disetarakan dengan pemahaman secara umum, konsep Ngayah bisa dibilang sangat mirip dengan konsep relawan, bedanya tradisi satu ini tetap mengikuti kaidah adat dan aturan sosial yang hidup di tengah masyarakat Bali.
Bagi masyarakat Bali yang didominasi oleh penganut Agama Hindu, jika seseorang melakukan Ngayah maka orang tersebut sama saja telah menunaikan kewajiban sosial dan Agama Hindu.
Biasa dilakukan dengan bergotong royong melakukan aktivitas pembersihan, bantuan dalam menyelenggarakan acara bahkan membantu mempersiapkan peringatan hari besar agama lain yang dianut penduduk setempat, dalam pelaksanaannya Ngayah tidak pernah memandang latar belakang pendidikan, pekerjaan, ataupun status sosial.
Dalam arti kata, mereka yang memiliki hati dan niat yang tulus serta ikhlas dapat turut serta dalam melaksanakan tradisi Ngayah.
Ngayah yang berkaitan dengan pemahaman religius territorial atau konsep yang terbentuk atas dasar persamaan keyakinan atau agama, Ngayah yang berkaitan dengan religius sosial ini dibangun atas dasar komunikasi dan kerja sama dalam satu wilayah, misalnya ngayah pada saat Piodalan atau hari jadi suatu tempat suci di Pura Kahyangan.
Ngayah tetap menjadi salah satu kearifan lokal yang hingga kini masih terus lestari di Bali. Secara garis besar, implementasi konsep Ngayah mengajak umat beragama di Bali yang berasal dari berbagai latar belakang berbeda baik suku, agama, ras antar golongan, budaya, bahasa, mata pencarian dan lainnya, untuk menjadi satu kesatuan yang penuh rasa persaudaraan, keikhlasan, dan membangun kebersamaan dalam meningkatkan toleransi kehidupan umat beragama di Bali.

Seperti yang dilakukan Semeton Pengempon Pura Tirta Harum dan Pura Jero Puri Maha Gotra Tirta Harum, Semeton pengempon melakukan Ngayah (gotong royong ) di Pura Tirta Harum dan Jero Puri Tamanbali Redite Paing Matal tanggal 8 Oktober 2023, Semeton ngemargiang NGAYAH (gotong royong) ngangkut material wewangunan ring Pura Tirta Harum dan Jero Puri
Program ini merupakan salah satu aksi nyata dari implementasi mengabdi untuk pasemetonan dan Ida Bhatara Kawitan. Dalam kesempatan tersebut juga, Kelihan Pengempon Pura Dewa Ngurah Adi Putra mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pengayah, dengan doa dan harapan semoga pelaksanaan ngayah ini berjalan dengan lancar. (d.g.r)
ngiring sareng – sareng ngayah, Dumogi rahayu sareng sami





